Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) menyebutkan program pelatihan berkelanjutan Pertapreneur Aggregator merupakan upaya perusahaan mencetak pelaku UMKM yang mampu merangkul UMKM lainnya agar bisa naik kelas.
"Naik kelas tidak hanya pendapatan saja, tetapi mampu memperluas jangkauan pemasaran, serta meningkatkatnya jumlah karyawan, kelompok petani, dan UMKM lain di sekitarnya yang mendapatkan manfaat ekonomi," ujar VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Ia mencontohkan usaha olahan buah nanas, Nanas-Qu, yang menjadi pemenang kedua Pertamina Pertapreneur Aggregator 2024 dan kini terus berkembang.
Nanas-Qu merupakan produk UMKM binaan Pertamina yakni CV Siwarak Sejahtera Sentosa (SSS) Food yang berlokasi di Desa Siwarak, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
"UMKM ini bahkan mampu memberdayakan hampir seribu petani nanas madu di Desa Siwarak, meningkatkan lapangan kerja lokal, hingga pengembangan ekonomi dan lingkungan dengan pemanfaatan limbah menjadi barang bermanfaat serta potensi pengembangan desa wisata," kata Fadjar.
Pemilik CV SSS Food Ngudiono mengatakan perkembangan usahanya turut dibantu program Pertapreneur Aggregator.
"Lewat Pertapreneur Aggregator, saya belajar cara membangun rantai pasokan yang adil untuk petani, mengelola produksi agar lebih efisien, dan meningkatkan penghasilan, bukan hanya untuk saya tapi juga petani," katanya.
Saat ini, Nanas-Qu membina empat UMKM. Ngudiono berharap jumlah UMKM binaannya bisa meningkat lima kali lipat.
Caranya, dengan memperluas kolaborasi ke desa-desa penghasil nanas lain di Purbalingga dan sekitarnya.
Berkat dukungan Pertapreneur Aggregator pula, menurut Ngudiono, kapasitas produksi meningkat dari 1.200-1.500 cup olahan nanas madu sehari, kini 5.000 cup.
Kemudian, tenaga kerja tetap juga bertambah. Saat ini, ada 15 tenaga kerja dan diperkirakan menjadi 30 tenaga kerja lokal dalam dua tahun ke depan.
Nanas-Qu juga menggandeng lebih dari 900 petani nanas binaan untuk menyediakan bahan bakunya.
Ngudiono pun membidik pasar baru seperti Timur Tengah dan Asia Timur.
"Upaya ini diharapkan mampu mendorong peningkatan omzet sekaligus memperluas jangkauan produk inovasi berbasis nanas," katanya.
Dengan produksi yang meningkat, ia berupaya tetap menjaga kelestarian lingkungan dengan meminimalkan limbah.
Sebelumnya, kulit dan pucuk nanas dibuang ke sungai. Sekarang, sisa olahan itu diubah menjadi pakan ternak dan pupuk kompos oleh satu kelompok pengelola limbah kulit nanas.
"Pertapreneur mengajarkan kami untuk peduli pada 2P, yaitu planet dan people, namun tetap harus profit," kata Ngudiono.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.