Banjarmasin (ANTARA) - Futoshi Ishiguri, associate professor peneliti dari Utsunomiya University, Jepang bersama timnya Ikumi Nezu dan Hikari Yokoyama mempelajari upaya konservasi di Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
"Peneliti Jepang sangat terkesan melihat Stasiun Riset Bekantan, baik fasilitasnya maupun ekosistem lahan basahnya yang terjaga dengan baik. Mereka ingin mempelajari lebih jauh upaya konservasi di Pulau Curiak," kata Founder Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Foundation Dr Amalia Rezeki di Banjarmasin, Minggu.
Futoshi Ishiguri pun berkesempatan melihat kehidupan kawanan bekantan (Nasalis larvatus), primata monyet besar berhidung panjang dari dunia lama yang menjadi ikon Provinsi Kalimantan Selatan.
Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki yang juga dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) berharap ke depan bisa terjalin kerja sama lebih lanjut dengan universitas negeri di Jepang bagian utara itu, terutama di bidang riset lahan basah dan upaya mitigasi perubahan iklim.
Sementara Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) ULM Prof Sunardi yang turut mendampingi delegasi Jepang itu mengaku bersyukur Yayasan SBI dan ULM memiliki Stasiun Riset Bekantan sebagai wadah penelitian di lahan basah.
Baca juga: Tim Universitas Montreal Kanada kagumi konservasi bekantan di Curiak
Baca juga: BKSDA Kaltim garap areal konservasi pada 2025 demi jaga bekantan
"Pulau ini sangat penting untuk menjaga lingkungan kita baik flora maupun fauna yang sebagian besar hampir punah, dan ini kewajiban kita untuk melindungi," ucapnya.
Sunardi berjanji ULM dan Utsunomiya University akan merealisasikan kolaborasi riset dan mengembangkan apa yang sudah ada di Pulau Curiak.
"Ini sebagai upaya terus menggaungkan konservasi sebagaimana yang sudah diinisiasi dan dipelopori oleh Amel dan tim SBI bersama ULM," katanya.
Di sisi lain Futoshi Ishiguri mengaku sangat tertarik dengan Stasiun Riset Bekantan serta upaya pemulihan ekosistem lahan basah yang dilakukan Amalia Rezeki bersama timnya.
Dia melihat Pulau Curiak sangat menarik karena banyak sekali pohon yang ditanam hingga membuat habitat dan mengundang satwa liar untuk hidup bebas.
Dia pun percaya manusia berkontribusi untuk menjaga kondisi ekologi di tempat itu sehingga membuatnya kagum.
Baca juga: 46 wisatawan mancanegara kagumi Stasiun Riset Bekantan di Kalsel
Baca juga: Ahli Konservasi soroti penurunan populasi udang galah di Pulau Curiak

Pewarta: Firman
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025