Semarang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Balai Latihan Kerja (BLK) Semarang 1 menyelenggarakan pelatihan pemandu pendaki gunung menangkap tingginya potensi wisata pendakian gunung di wilayah tersebut.
"Pelatihan pemandu wisata pendaki gunung Ini dibutuhkan, karena setelah saya diskusi, ternyata ada season-season (waktu) tertentu, yang jumlah pendaki gunungnya meningkat," kata Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen, di Semarang, Selasa.
Hal tersebut disampaikan sosok yang akrab disapa Gus Yasin tersebut saat meninjau pelatihan di BLK Semarang 1.
Berdasarkan data Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), dalam setahun setidaknya terdapat 960 ribu wisatawan, baik lokal atau mancanegara yang mendaki 15 gunung di Jateng, sementara jumlah pemandu yang ada baru sekitar 140 orang.
Ia membeberkan bahwa pendaki dari luar negeri, seperti Prancis akan datang pada April-Oktober, sedangkan untuk pengunjung dari dalam negeri akan ramai pada periode Mei-Oktober.
Kemudian pada akhir tahun, akan menjadi saat "low season" (jumlah kunjungan turun) karena musim hujan.
"Ternyata bukan hanya di Jateng, pemandu (wisata pendaki) gunung di Indonesia masih kurang,” beber Taj Yasin.
Untuk menjawab kebutuhan profesi pemandu gunung yang masih kurang, maka Pemprov Jateng dan Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dengan Industri Daerah (FKLPID), mengadakan pelatihan kompetensi tersebut.
Pelatihan itu baru diselenggarakan pertama kalinya di BLK tersebut yang diikuti puluhan orang yang berasal dari berbagai daerah di Jateng.
"Satu-satunya yang melakukan pelatihan ini, maka kami dorong lagi. Saya senang inovasinya semakin bertambah semakin baik, dan halaman BLK juga luas," katanya.
Ia berharap fasilitas pelatihan kompetensi di BLK bisa lebih banyak lagi mengakomodasi masyarakat dalam mengakses dunia kerja.
Kemampuan dan pengalaman peserta pelatihan yang sudah pernah terjun di dunia kerja, kata dia, juga mesti selinier dengan kompetensi yang diajarkan di BLK.
Instruktur Ahli Pertama Tour Guide BLK Semarang I Sheylla Ayunda menjelaskan banyak pelatihan yang digelar selain pelatihan pemandu pendaki gunung, di antaranya pemandu ekowisata, barista, hingga commercial cookery.
Menurut dia, peserta pelatihan menyasar kalangan masyarakat yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK), dan wilayah dengan kemiskinan ekstrem.
Ia mengatakan bahwa peserta pelatihan tidak dibatasi umur atau standar pendidikan formal terakhir.
Usai lulus, peserta mendapatkan sertifikat standar dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). BLK juga bekerja sama dengan dunia usaha, seperti Tomoro Coffe untuk menyerap calon tenaga kerja.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jateng Ahmad Aziz mengatakan bahwa keterserapan alumni pelatihan di dunia kerja saat ini mencapai 80 persen.
Khusus untuk BLK Semarang 1, berfokus pada pelatihan berbasis kompetensi kejuruan, pariwisata, dan perhotelan.
"Target (sasaran) pelatihan 1.764 peserta tahun ini," katanya.
Baca juga: Kemenpar dan LPK KI beri pelatihan konten kreator pada pemandu wisata
Baca juga: BPBD Sleman: Penting pelatihan mitigasi bencana bagi "tour leader"
Baca juga: Dispar Bali tegaskan pemandu wisata wajib punya KTP dan ikut diklat
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025