Jakarta (ANTARA) - Pebasket Pacific Caesar Surabaya Aven Ryan Pratama menyebut masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh timnya guna meraih hasil positif dalam pertandingan-pertandingan Indonesian Basketball League (IBL) 2025 ke depannya.
Menurut dia, timnya belum bisa keluar dari lubang jarum atau jurang kekalahan karena masih memiliki masalah pada sisi pertahanan dan fokus bermain dari para pemain.
"Kami terlalu banyak turnovers. Pertahanan kami juga masih berantakan sehingga lawan banyak mendapat kesempatan dari second chance," kata Aven dalam laman IBL yang dikutip ANTARA di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan, pada saat kalah 75-86 dari Borneo Hornbills pada Minggu (26/1), dirinya dan rekan lainnya masih bisa meladeni permainan lawan.
Namun, ada sejumlah momentum yang seharusnya tidak perlu terjadi sehingga Borneo berhasil mencuri poin untuk meraih kemenangan.
Lebih lanjut dia menjelaskan, timnya harus lebih kerja keras untuk membenahi kesalahan-kesalahan dalam pertandingan sebelumnya, sehingga bisa tampil lebih bagus dan mengakhiri rentetan kekalahan beruntun.
Baca juga: Satria Muda buka akademi bola basket untuk anak usia dini dan remaja
"Kami akan latihan kembali dengan lebih baik dan menyelesaikan masalah tersebut," ujar power forward itu.
Dalam lima pertandingan terakhir, skuad asuhan Dhimaz Anis Setiaputra itu menelan empat kekalahan beruntun, baik dalam laga kandang maupun tandang.
Mereka hanya menang saat bersua Rajawali Medan di GOR Universitas Negeri Medan (Unimed), Minggu (12/1).
Sisanya, Daffa Dhoifullah dan kawan-kawan kalah dari Prawira Bandung, Hangtuah Jakarta, Rans Simba Bogor, dan Borneo Hornbills.
Setelah menjalani lima pertandingan tersebut, saat ini Pacific Caesar Surabaya bertengger di peringkat 11 dari 14 peserta IBL 2025 dan baru mengumpulkan enam poin.
Baca juga: Favarel sebut kalah pada detik terakhir dari Prawira menyakitkan
Baca juga: Prawira hampir terjerembap kembali di kandang saat lawan Dewa United
Pewarta: Donny Aditra
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Copyright © ANTARA 2025