Washington (ANTARA) - Amerika Serikat menganggap China sebagai "saingan tangguh" di luar angkasa, yang akan dihadapi untuk pertama kalinya sejak berakhirnya Perang Dingin, ujar Penjabat Administrator Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Sean Duffy, Senin (15/9).
"Taruhannya sangat tinggi. Untuk pertama kalinya sejak Perang Dingin, AS menghadapi saingan tangguh di luar angkasa. China sedang memajukan rencana pembangunan pangkalan di Bulan," tulis Duffy dalam sebuah artikel untuk Fox News.
Ia menekankan bahwa AS tidak boleh ragu dan tidak boleh membiarkan Beijing "merebut" keunggulan militer di luar angkasa, sebuah perkembangan yang akan memicu "implikasi luas bagi keamanan dan kepemimpinan global."
"Amerika tidak boleh membiarkan hal itu terjadi," tegas kepala antariksa yang ditunjuk oleh Donald Trump tersebut.
Duffy menyoroti pentingnya mengubah arah NASA, seraya menekankan perlunya fokus pada eksplorasi dan meninjau ulang misi-misi yang anggarannya membengkak.
Ia juga mengatakan bahwa badan tersebut harus fokus pada sektor luar angkasa komersial yang sedang berkembang.
"NASA harus lebih ramping, lebih cerdas, dan lebih berfokus pada misi. Birokrasi yang membengkak, inefisiensi dalam pengadaan kontrak, dan budaya kehati-hatian yang berlebihan telah secara konsisten menghambat misi-misi NASA," kata Duffy.
Ia juga memperingatkan bahwa beberapa proyek, termasuk Sistem Peluncuran Luar Angkasa dan Pengambilan Sampel Mars, telah menghabiskan sumber daya yang sangat besar dengan penundaan yang berulang kali terjadi.
Duffy menekankan bahwa waktu untuk melakukan kajian dan studi ulang telah berakhir.
"Jika kita ingin mengalahkan China menuju Bulan, kita harus bergerak melampaui birokrasi yang hanya mencentang kotak kosong. Amerika tidak lagi punya kemewahan untuk membuang-buang waktu. Jika teknologinya sudah siap, maka luncurkan saja," tuturnya.
Pekan lalu, Duffy mengemukakan bahwa Amerika Serikat adalah yang terdepan di bidang luar angkasa dan akan melakukan segalanya untuk menyelesaikan program Pengembalian Sampel Mars lebih cepat daripada negara lain mana pun, termasuk China.
Sumber: Sputnik/RIA Novosti-OANA
Baca juga: NASA blokir warga China ikut program di tengah persaingan antariksa
Baca juga: NASA disebut akan bangun reaktor nuklir di Bulan
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.