Jakarta (ANTARA) - Ngidam merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi pada ibu hamil. Keinginan kuat untuk mengonsumsi makanan atau melakukan sesuatu yang tidak biasa ini kerap muncul sejak awal kehamilan dan bisa berlangsung hingga trimester kedua.
Banyak yang percaya bahwa ngidam berkaitan dengan jenis kelamin bayi atau memiliki dampak terhadap kebiasaan bayi setelah lahir, seperti bayi akan sering mengeluarkan air liur jika keinginan sang ibu tidak dipenuhi.
Namun, benarkah demikian? Mari kita bahas lebih dalam mengenai penyebab dan penjelasan medis di balik ngidam saat hamil.
Baca juga: Ahli anjurkan tambahan protein 17 gram dalam makan bergizi ibu hamil
Mengapa ibu hamil mengalami ngidam?
Hingga kini, belum ada penelitian yang secara pasti menjelaskan mengapa ibu hamil mengalami ngidam. Namun, beberapa teori medis mencoba menjelaskan fenomena ini:
1. Kekurangan nutrisi
Salah satu teori menyebutkan bahwa tubuh ibu hamil mungkin sedang kekurangan nutrisi tertentu, sehingga muncul dorongan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan.
Misalnya, jika seorang ibu sangat ingin mengonsumsi daging atau burger, bisa jadi tubuhnya memerlukan tambahan protein, kalium, atau natrium.
Begitu pula jika ibu hamil menginginkan makanan aneh seperti bedak atau krayon, hal ini bisa menjadi tanda bahwa tubuh sedang kekurangan zat besi. Namun, konsumsi benda-benda yang tidak layak makan (disebut pica) tentu dapat berbahaya dan harus dihindari.
Baca juga: Kiat aman jaga kehamilan bagi ibu berusia 35 tahun ke atas
2. Perubahan hormon
Saat hamil, tubuh mengalami perubahan hormon yang signifikan, salah satunya adalah peningkatan kadar progesteron dan estrogen. Hormon ini berpengaruh terhadap metabolisme tubuh, sistem pencernaan, hingga produksi air liur.
Beberapa ibu hamil mengalami produksi air liur berlebih di awal kehamilan, yang membuat mereka merasa tidak nyaman dan lebih sering mual. Inilah yang memicu keinginan untuk mengonsumsi makanan dengan rasa tajam, seperti makanan asam atau asin, yang dirasa dapat mengurangi efek mual tersebut.
3. Perubahan pada otak dan neurotransmitter
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kehamilan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan produksi neurotransmitter, seperti dopamin dan serotonin, yang berperan dalam mengatur suasana hati dan nafsu makan.
Perubahan kadar neurotransmitter ini dapat menyebabkan ibu hamil memiliki keinginan kuat terhadap makanan tertentu sebagai bentuk respons tubuh dalam menjaga keseimbangan kimia di otak.
4/ Sensitivitas indera penciuman dan perasa
Saat hamil seorang ibu sering kali lebih sensitif terhadap aroma dan rasa dibandingkan saat tidak hamil. Hal ini lah yang membuat mereka tiba-tiba menginginkan atau bahkan menghindari makanan tertentu.
Misalnya, makanan yang sebelumnya disukai bisa menjadi menjijikkan selama kehamilan, sementara makanan yang sebelumnya tidak terlalu menarik justru menjadi favorit. Hal ini terjadi karena perubahan hormon estrogen yang mempengaruhi sensitivitas indera penciuman dan pengecapan pada ibu hamil.
5. Faktor psikologis dan emosional
Selain alasan biologis, ngidam juga bisa dipengaruhi oleh faktor psikologis. Kehamilan adalah masa yang penuh perubahan fisik dan emosional, sehingga ibu hamil bisa saja menginginkan makanan tertentu sebagai bentuk kenyamanan atau untuk mendapatkan perhatian dari pasangan dan keluarga.
Stres dan kecemasan juga dapat meningkatkan keinginan makan makanan tertentu sebagai mekanisme mengatasi tekanan emosional.
Baca juga: Mendukbangga: Pendataan MBG ibu hamil akan kolaborasi dengan BGN
Apakah ngidam harus dituruti?
Menuruti ngidam saat hamil sebenarnya sah-sah saja, asalkan tetap dalam batas wajar dan tidak membahayakan kesehatan sang ibu serta janin dalam kandungannya. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan saat ngidam:
1. Batasi makanan berkalori dan lemak
Jika ibu hamil ngidam makanan yang tinggi akan kalori, gula, atau lemak, seperti cokelat, es krim, dan kue, sebaiknya untuk dikonsumsi dalam porsi kecil saja, agar berat badan tetap terkontrol dan menghindari risiko diabetes gestasional.
2. Hindari makanan yang berbahaya bagi janin
Terdapat beberapa makanan yang sebaiknya dihindari selama kehamilan, seperti daging mentah atau setengah matang, seafood dengan kadar merkuri tinggi, serta produk susu yang tidak dipasteurisasi. Jenis makanan tersebut dapat membawa risiko infeksi atau keracunan yang berbahaya bagi janin.
3. Ganti dengan alternatif yang lebih sehat
Jika ibu hamil ngidam makanan yang kurang sehat, Anda bisa mencoba alternatif yang lebih baik. Misalnya, jika ngidam es krim, bisa memilih es krim yang rendah lemak atau yogurt. Jika ingin donat atau roti manis, pilihlah roti gandum utuh yang lebih kaya serat.
4. Jangan percaya mitos seputar ngidam
Banyak mitos yang beredar, seperti bayi akan ngeces jika ibu hamil tidak menuruti ngidamnya. Faktanya, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut. Selama ibu mendapatkan asupan gizi yang cukup, tidak ada dampak negatif bagi bayi meskipun ngidam tidak dipenuhi.
Ngidam saat hamil adalah hal yang wajar dan dapat terjadi karena berbagai faktor, mulai dari perubahan hormon, sensitivitas indera, perubahan neurotransmitter, hingga faktor psikologis.
Meskipun tidak semua keinginan harus dipenuhi, ibu hamil tetap dapat menikmati makanan favoritnya selama tidak berlebihan dan tetap memperhatikan asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
Yang terpenting, konsultasikan dengan dokter jika memiliki ngidam yang tidak biasa atau berisiko bagi kesehatan ibu dan janin.
Baca juga: Pentingnya menjaga asupan kalori pada saat kehamilan cegah janin kecil
Baca juga: Dokter: MBG ibu hamil bonus tambahan untuk penuhi gizi harian
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025