Ekonom : Ragam faktor ekonomi sebabkan ketidakpastian belanja otomotif

1 week ago 5

Jakarta (ANTARA) - Ekonom jebolan Universitas Indonesia Josua Pardede mengungkapkan bahwa meskipun pendapatan masyarakat mengalami peningkatan sepanjang tahun lalu, kondisi ekonomi saat ini menunjukkan adanya ketidakpastian, terutama bagi pekerja kelas menengah.

"Ada rasa takut ter-PHK, apalagi dengan kondisi ekonomi saat ini, yang tercermin pada penurunan penjualan barang tahan lama, seperti otomotif dan properti," ujar Josua pada gelar wicara Indonesia Center for Mobility Studies di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025, JIExpo Kemayoran, Selasa.

Penurunan penjualan mobil, terutama pada segmen kendaraan roda empat, sangat terkait dengan pengurangan daya beli masyarakat kelas menengah.

Penurunan ini, menurut dia, juga dipengaruhi oleh faktor global, seperti suku bunga tinggi, yang berdampak pada penurunan penjualan kendaraan penumpang dan kendaraan komersial.

Baca juga: Ekonom: Penurunan penjualan mobil bukan disebabkan lemahnya daya beli

Meskipun segmen mobil LCGC (Low Cost Green Car) masih menjadi yang terbesar, dengan harga berkisar antara Rp200 juta hingga Rp400 juta, banyak konsumen yang kini cenderung "downtrading" alias memilih mobil dengan harga lebih murah, karena ketakutan akan kehilangan pekerjaan.

“Masyarakat tetap membeli tapi beli dengan harga yang lebih murah, yang mungkin segmentasinya Rp200 juta-Rp300 juta, tapi dia berharap dengan spesifikasi dan merek yang sama, dengan dia beli di secondary market,” kata Josua.

Lebih lanjut, Josua juga menyebutkan adanya tantangan dari kebijakan pajak yang baru, seperti PPN 12 persen dan opsen. Walaupun demikian, kebijakan pemerintah terkait insentif, termasuk paket stimulus untuk sektor otomotif, diharapkan dapat memberikan dorongan kepada industri padat karya ini.

Baca juga: Honda beberkan alasan penurunan penjualan otomotif di tanah air

"Industri otomotif sangat berhubungan dengan ekonomi, jika industri ini melambat, daya beli masyarakat juga akan terpengaruh," imbuh Josua.

“Kalau pendapatan masyarakat meningkat, tidak ada gangguan beban hidup, dukungan kemudahan pembiayaan tentu juga akan membuat masyarakat lebih mudah untuk melakukan pembelian mobil,“ tambahnya.

Josua berharap ke depan pemerintah dapat terus menciptakan kebijakan yang lebih fleksibel agar sektor otomotif dapat kembali bergerak.

Berdasarkan data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), penjualan wholesales (pabrik ke dealer) pada 2024 mencatatkan angka 865.723 unit, kalau dibandingkan penjualan wholesales 2023, angka mobil yang dipasarkan saat itu mencapai 1.005.802 unit.

Sementara buat penjualan retail (dealer ke konsumen) tahun 2024, mencatatkan angka 889.680 unit. Turun sebanyak 108.379 unit dari penjualan retail di tahun 2023 yang meraih angka 998.059 unit.

Baca juga: Gaikindo pertimbangkan revisi target penjualan imbas daya beli turun

Baca juga: Gaikindo: Lebih dari 15 model kendaraan punya TKDN di atas 70 persen

Pewarta:
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |