CIFOR ICRAF kenalkan teknologi pemetaan bentang lahan di Sumsel 

3 weeks ago 6

Palembang (ANTARA) - Pusat Penelitian Kehutanan Internasional dan Agroforestri Dunia (CIFOR-ICRAF) Indonesia memperkenalkan teknologi pemetaan bentang lahan di Sumatera Selatan.

Direktur CIFOR-ICRAF Indonesia Andree Ekadinata di Palembang, Selasa, mengatakan pihaknya memperkenalkan program Epistem (Evolving Participatory Information System for Nature-based Climate Solutions) dilaksanakan bersama IIASA, CIFOR-ICRAF Indonesia, dan WRI Indonesia, serta didukung oleh BMU-IKI.

Episitem menyediakan teknologi pemetaan bentang lahan yang memungkinkan para pelaku utama untuk mengakses data berkualitas tinggi guna mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti.

Teknologi ini dirancang untuk mempermudah akses dan menyediakan data berkualitas tinggi bagi upaya restorasi hutan dan bentang lahan secara berkelanjutan, dengan mengedepankan keseimbangan antara manfaat penyerapan karbon, pelestarian keanekaragaman hayati, serta peningkatan penghidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Baca juga: Dubes Kanada dukung Sulsel jadi pilot project ekonomi hijau ICRAF

Baca juga: ICRAF gelar pelatihan pengelolaan gambut gunakan alat permainan

“Teknologi hanyalah salah satu alat. Dampak nyata hanya bisa dicapai dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dan sektor swasta,” katanya.

Kegiatan ini juga dimanfaatkan untuk memperkenalkan maket teknologi Epistem serta menjaring masukan dari calon pengguna untuk menyempurnakan fitur-fiturnya. Sebelumnya, pada Februari lalu, konsultasi awal juga telah dilakukan untuk memperkenalkan konsep teknologi ini dan mendengar pengalaman dari berbagai pihak yang telah berkecimpung dalam upaya restorasi lahan.

"Dengan pendekatan partisipatif dan adaptif, Epistem diharapkan menjadi fondasi penting dalam mendorong solusi iklim berbasis alam yang inklusif, transparan, dan berdampak luas di Sumatera Selatan dan seluruh Indonesia," kata Andree.

Peneliti Senior dari International Institute for Applied Systems Analysis (IISA) Ping Yowargana mengatakan Epistem menjawab tantangan persoalan data dengan mendorong penggunaan teknologi pemetaan bentang lahan yang transparan, terbuka (open source), dan terstandarisasi.

Teknologi itu dirancang untuk digunakan oleh berbagai pihak, mulai dari masyarakat sipil, pelaksana restorasi, lembaga donor, hingga pemerintah, dengan mudah, gratis dan tanpa memerlukan lisensi khusus.

"Dengan mengembangkan teknologi pemetaan, Epistem membantu para pelaku dan pemangku kepentingan dalam mengakses dan memanfaatkan data yang akurat untuk perencanaan, mobilisasi dana, serta pelaksanaan upaya pencegahan deforestasi dan pemulihan hutan serta bentang lahan yang terdegradasi," kata dia.

Sekretaris Bappeda Provinsi Sumatera Selatan M. Adhie Martadhiwira, mengatakan upaya pencegahan deforestasi dan degradasi hutan di Sumatera Selatan, khususnya di sektor pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan lainnya telah menjadi salah satu prioritas daerah.

"Bappeda Sumsel berharap agar kegiatan ini dapat membantu merumuskan solusi yang relevan secara lokal, memperkuat ketahanan masyarakat, dan mendukung perencanaan kebijakan yang tepat sasaran untuk melindungi penghidupan dan ekosistem di Sumatera Selatan secara berkelanjutan," ujarnya.*

Baca juga: Pemerintah perkuat pengelolaan lahan gambut guna turunkan emisi

Baca juga: ICRAF-Pemprov Sulsel rumuskan perencanaan roadmap ekonomi hijau

Pewarta: Ahmad Rafli Baiduri
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |